Kepala sekolah sebagai pemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang menekankan pada komponen-komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah.
Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensi, bakat, minat dan kebutuhannya. Kepemimpinan pembelajaran ditujukan juga untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswa meningkat: prestasi belajar meningkat, kepuasan belajar semakin tinggi, motivasi belajar semakin tinggi, keingintahuan terwujudkan, kreativitas terpenuhi,inovasi terealisir, jiwa kewirausahaan terbentuk, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni berkembang dengan pesat tumbuh dengan baik. Kepemimpinan pembelajaran jika diterapkan di sekolah akan mampu membangun komunitas belajar warganya dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school). Sekolah belajar memiliki perilaku-perilaku sebagai berikut: memberdayakan warga sekolah seoptimal mungkin, memfasilitasi warga sekolah untuk belajar terus dan belajar ulang, mendorong kemandirian setiap warga sekolahnya, memberi kewenangan dan tanggungjawab kepada warga sekolahnya, mendorong warga sekolah untuk mempertanggungjawabkan proses dan hasil kerjanya, mendorong teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah/cepat tanggap terhadap pelanggan utama yaitu siswa, mengajak warga sekolahnya untuk menjadikan sekolahnya berfokus pada layanan prima kepada siswa, mengajak warga sekolahnya untuk siap dan akrab menghadapi perubahan, mengajak warga sekolahnya untuk berpikir sistem, mengajak warga sekolahnya untuk komit terhadap keunggulan mutu, dan mengajak warga sekolahnya untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.
Direktorat Tenaga Kependidikan (2009) mengembangkan kepemimpin pembelajaran berdimensi 12, yaitu: (1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran, (2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa, (8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh. Sebagai perbandingan dengan model kepemimpinan pembelajaran oleh para ahli yang lain, pada akhirnya bisa disimpulkan bahwa tidak ada model yang sempurna. Setiap model memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Model yang terbaik untuk diterapkan adalah model yang cocok dengan kebutuhan sekolah dan kepala sekolahnya sendiri. Sehingga muncullah sebuah pameo tentang hubungan antara sekolah, guru dan kepala sekolahnya. “The color of the class is beyond the teacher, but the color of the school….is beyond the principals”. Dalam rangka pemahaman dan kepraktisan, pada akhirnya kepemimpinan adalah seni daripada ilmu.
Pembelajaran dari piloting: “Kepemimpinan tidak akan dapat dikembangkan secara maksimal dan dipraktekkan hanya melalui ceramah dan kata-kata tapi harus terus dikembangkan melalui perilaku dan tindakan”
. (Prof. Dr. Siswandari, M.Stats)
SUUMBER:LPPKS Indonesia 2011 | Pengantar PPK 11
trimakasih, semoga banyak bermanfaat…
salam inovasi..!
SukaSuka
iya sama-sama , terima kasih juga
SukaSuka
trims ya
SukaSuka
iya rerima kasih, sama sama ya?
SukaSuka